Pada kesempatan kali ini saya akan mereview sebuah jurnal dengan topik pembelajaran berbasis inkuiri namun pembelajaran inkuiri kali ini dipadukan dengan model pemahaman tingkat partikulat/ molekuler. Pembelajaran berbasis inkuiri tentu tak asing bagi teman-teman khususnya mahasiswa pendidikan. Pembelajaran berbasis inkuiri merupakan salah satu bentuk pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik atau ilmiah, yaitu pendekatan dimana siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri konsep yang dipelajari dengan menggunakan prinsip-prinsip metode ilmiah. Pada prakteknya pembelajaran berbasis inkuiri, siswa akan dibiasakan untuk diberi suatu masalah, merumuskan masalah, mencari solusi, membuat dugaan sementara, menguji dengan melakukan penyelidikan dan pada akhirnya membuat kesimpulan. Dengan melakukan kegiatan tersebut siswa akan terlatih untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Seiring berjalannya waktu, adanya upaya-upaya untuk meningkatkan pemahaman konspetual siswa menyebabkan lahirnya penelitian-penelitian baru tentang pembelajaran berbasis inkuiri yang dipadukan dengan media atau model pembelajaran lainnya. Penelitian ini, merupakan salah satu bentuk perkembangan pembelajaran berbasis inkuiri dimana pada prakteknya dipadukan dengan model tingkat molekuler untuk meningkatkan pemahaman konseptual siswa pada materi stoikiometri. Pada jurnal tersebut dijelaskan bahwa latar belakang penelitian disebabkan adanya ironi dalam pembelajaran dimana masih banyak siswa yang belum memiliki pemahaman konsep yang memadai pada materi stoikiometri.
Sebagai contoh sebagian besar siswa tahu cara menentukan persamaan reaksi setara namun belum memahami apa makna dari persamaan reaksi tersebut. Padahal jika siswa menguasai persamaan reaksi maka siswa akan mudah untuk memecahkan problem stoikiometri selanjutnya seperti perbandingan mol, penentuan jumlah reaktan dan produk, kemudian reaksi pembatas. Rendahnya pemahaman konseptual tersebut bisa terjadi karena rendahnya kemampuan multirepresentasi siswa khususnya pada tingkat mikroskopik atau molekuler.
Siswa hanya dibiasakan menghadapi problem-problem pada tingkat makroskopik maupun simbolik, sedangkan level mikroskopik senantiasa diabaikan, padahal dengan melihat gambaran secara mikroskopik misalnya molekul-molekul yang terlibat dalam reaksi justru akan mempertajam pemahaman konsep siswa.
Penelitian ini bertujuan (1) merancang pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konseptual siswa pada materi stoikiometri dan (2) melakukan evaluasi pada proses pembelajaran yang dilakukan. Eksperimen yang digunakan merupakan eksperimen semu dengan rancangan one group pretest posttest. Penelitian dilakukan pada siswa tingkat 11 berjumlah 28 orang dan pada siswa tingktan 12 berjumlah 26 orang. Pretest dilakukan sebelum pembelajaran dimulai dan posttest dilakukan diakhir proses pembelajaran. Penelitian dilakukan selama separuh dari semester dua. Perlakuan yang diberikan pada penelitian dilakukan dua tahap. Periode pertama disebut Balancing in a Particulate Way (BPW) dan tahap kedua disebut Not Lef tovers Again (NLA).
Pada tahap pertama yaitu Balancing in a Particulate Way (BPW) penyetaran pada level mikroskopik. Pembelajaran ini dirancang berdasarkan data miskonsepsi siswa sebelumnya pada materi stoikiometri yang menunjukkan pemahaman konsep rendah pada persamaan reaksi dan rumus kimia senyawa. Sebagian besar siswa belum mengetahui perbedaan koefisien dan indeks pada persamaan reaksi dan rumus kimia pada pertanyaan konseptual. Sebagian besar siswa dapat memecahkan masalah matematika namun kesulitan saat dihadapkan pada pertanyaan konseptual level mikroskopik. BPW bertujuan untuk memfasilitasi pemahaman stoikiometri tingkat mikrokopik dan simbolik siswa, hal tersebut juga dapat sebagai saran dimana penggunaan multirepsresentasi dapat mengurangi miskonsepsi siswa. Pada tahap ini siswa dihadapkan dengan persamaan simbolik dan gambaran mikroskopik yang merupakan persamaan kimia yang sana. Aktivitas menggunakan 10 reaksi senyawa kovalen yang berbeda yang direpresentasikan pada level simbolik dan mikroskopik. Para siswa melakukan pemecahan masalah dua representasi tersebut berdasarkan pertanyaan-pertanyaan inkuiri yang dilakukan (contoh problem dapat teman-teman lihat pada jurnal induk). Selama proses pembelajaran guru bertugas sebagai fasilitator, berjalan keseluruh bagian kelas, dan mendatangi masing-masing kelompok siswa yang sedang berdiskusi.
Tahap kedua disebut Not Lef tovers Again (NLA) yaitu pembelajaran dirancang untuk menghubungkan level simbolik, algoritmik dan mikroskopik pada stoikiometri. Target dari NLA khususnya miskonsepsi siswa pada asumsi bahwa reaksi kimia pada sebuah jumalah mol yag sama maka perbandingan mol dan massa adalah sama dan massa molar dengan massa sebenarnya. Selanjutnya siswa akan menghitung proporsi perubahan kimia yang terjadi. Pembelajaran ini akan membantu siswa membangun konsep utama dalam stoikiometri untuk memecahkan masalah algoritmik. Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan pra lab yang bertujuan untuk penyelidikan siswa. Berdasarkan hasil evaluasi posttest menunjukkan siswa yang melakukan kegiatan inkuiri berbantuan mutirepresentasi mengalami peningkatan pemahaman konseptual yang signifikan.
Demikian review jurnal yang dapat saya berikan untuk lebih lengkapnya teman-teman dapat mengunjungi link berikut ini:
Effectiveness of Inquiry-Based Lessons Using Particulate Level
Models To Develop High School Students’ Understanding of
Conceptual Stoichiometry
Stephanie Kimberlin† and Ellen Yezierski*,
Live Oaks Career Campus, Milford, Ohio 45150, United States
Department of Chemistry & Biochemistry, Miami University, Oxford, Ohio 45056, United States
http://pubs.acs.org/doi/abs/10.1021/acs.jchemed.5b01010
Makasih ya ulasan jurnalnya bisa jadi bahan buat skripsiku nih ;)
BalasHapusSama-sama semoga bermanfaat ya ^_^
BalasHapus